Peran Umat Islam dalam Mengawal Negara

Nilai-nilai Islam belum menonjol dalam kehidupan politik di Indonesia.

INFO MPR - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam sambutan pada acara silaturahim dan jamuan makan malam Kongres Umat Islam Indonesia VI 2015 di Yogyakarta, Minggu (8/2) menyampaikan perlunya mencermati korelasi mendasar antara politik dan Islam. Dalam kehidupan politik, menurut Zulkifli, umat muslim wajib menjadikan ajaran Islam sebagai ukuran moral dalam berpolitik. Politik tidak boleh dipahami hanya sebagai alat pencapaian kekuasaan semata, namun merupakan sarana umat Islam untuk meningkatkan kemajuan dan keberadaban bangsa ini.

"Umat Islam yang memiliki ormas-ormas yang sangat besar di Tanah Air seharusnya bisa dikonversi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mensejahterakan rakyat dan pro kepada umat," ujar Zulkifli dari Lombok melalui sambungan selulernya yang diperdengarkan Wakil Ketua MPR Hidayat NurWahid kepada sekitar 700 peserta yang hadir. Kongres yang mengangkat tema "Penguatan Peran Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Umat Islam Untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban" ini juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat M. Din Syamsuddin, Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH. Ma’ruf Amin, Sekretaris Jenderal MUI Pusat H.M. Ichwan Sam, serta beberapa tamu dari negara lain.

"Saat ini kita dihadapkan pula pada tantangan belum menguatnya peran politik umat Islam Indonesia dalam upaya menyamakan persepsi untuk kemajuan umat Islam, terutama dalam upaya mengawal Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjaga kemajemukan dalam Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Dalam hal ekonomi, lanjut Zulkifli, umat Islam sebagai umat terbesar di Indonesia sudah seharusnya memiliki peran signifikan dalam memajukan perekonomian bangsa. Di dalam menjalankan sistem perekonomian, kata Zulkifli, umat Islam harus berpatokan kepada nilai keislaman. "Secara faktual saat ini kita menghadapi berbagai macam tantangan perekonomian yang cukup berat, yaitu di antaranya, belum signifikannya pelaksanaan sistem ekonomi syariah, dan belum optimalnya pengelolaan zakat nasional. Tantangan-tantangan tersebut harus kita hadapi bersamaan dengan tantangan kapitalistik, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri Disamping itu, kita juga menghadapi tantangan ASEAN Economic Community pada tahun ini, yang tentu sangat membutuhkan aspek-aspek optimalisasi potensi-potensi umatdan bangsa," ucapnya.

Selanjutnya dalam upaya penguatan peran sosial budaya umat Islam, menurut Zulkifli, penting disadari bahwa dewasa iniperkembangan jaman secara kasat mata telah menggerus keluhuran nilai-nilai sosial dan budaya umat Islam. Esensi kehidupan sosial dan budaya umat mengalami pergeseran. Spiritualisme Islam semakin hilang, berganti dengan semangat konsumerisme, pragmatisme, dan hedonisme yang tentu sangat jauh dari prinsip-prinsip dan peradaban Islam itu sendiri. "Dalam kerangka itulah, kita sebagai umat islam memiliki kewajiban untuk menjaga prinsip dan identitas keislaman kita dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," tukasnya.

Menambahkan sambutan Zilkifli, Hidayat Nur Wahid menekankan pentingnya penguatan peran umat Islam di semua bidang. "Kongres ini bicara soal penguatan peran umat baik di Indonesia maupun di luar Indonesia dalam memberikan kemakmuran," katanya.

Tim Info Tempo

https://www.mpr.go.id/