JUM'AT, 27 MARET 2015 | 10:00 WIB

Mahyudin : Hedonis dan Konsumtif, Musuh Bersama

Pentingnya konsensus dasar, cinta tanah air dan produk Indonesia

INFO MPR - Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan musuh bangsa tidak lagi angkat senjata melawan penjajah. Anak-anak muda khususnya di kota besar hidup hedonis dan konsumtif. Lebih suka mendengar musik mancanegara daripada musik lokal atau irama dangdut. Gaya hidup masyarakat pun jauh dari cinta buatan dalam negeri. Suka berganti sepeda motor, mobil dan tidak mau ketinggalan trend memakai gadget impor. Dia yakin penyebab anjloknya nilai rupiah dibanding mata uang asing karena gaya hidup.

"Gaya hidup ini menjajah kita secara ekonomi, inilah peran kita mengimplementasikan pentingnya konsensus dasar, cinta tanah air dan produk Indonesia kepada anak-anak, saudara dan rekan-rekan kita," kata Mahyudin di Auditorium Rumah Dinas Gubernur Sumatera Barat, di Padang, Sumatera Barat, Jumat, 27 Maret 2015.

Kunjungan Mahyudin pertama kali ke Sumatera Barat ini bersilahturahmi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sumatera Barat. Hadir juga Kepala Kesbangpol Sumatera Barat Irvan Khairul Ananda, Ketua DPRD Hendra Irwan Rahim serta jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sumatera Barat. Dia juga ingin menyerap aspirasi rakyat Minangkabau sekaligus menjalankan tugas MPR dalam Undang Undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Mahyudin menceritakan perjalanan panjang Empat Pilar MPR RI termasuk amandemen UUD NRI Tahun 1945. Rencana amandemen kelima masih dalam kajian MPR melibatkan para ahli. Keinginan amandemen ke-5 mendapat penolakan dari para purnawirawan karena UUD NRI Tahun 1945 harus dikembalikan seperti semula.

Sambutan tertulis Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dibacakan Kepala Kesbangpol mengucapkan selamat datang kepada Mahyudin. Disampaikan bahwa Sumatera Barat menentang radikalisme ISIS dan peredaran narkoba. Sumatera Barat membentengi diri dengan kekuatan agama, kultur dan budaya. Yakni meningkatkan peran ninikmamak (tetua adat) tungku tigo sajarangan yang terdiri dari tetua adat, bundo kandung (para ibu), cerdik pandai dan pemerintah daerah. Falsafah Minangkabau adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah, dapat diartikan yakni adat berpedoman dengan aturan dan kitab Allah. Falsafah itu dipegang teguh masyarakat Minangkabau.

Tim Info Tempo

https://www.mpr.go.id/