Power of View
Agus Benjamin, Chief Executive Officer
PT. Lippo General Insurance Tbk

Mengelola Harapan untuk Jadi yang Terbaik

Berkat kiat jitunya dalam mengelola perusahaan dan mengelola harapan, bisnis LippoInsurance berkembang menjadi tiga kali lipat.

Ketika Agus Benjamin pertama menjabat sebagai Chief Executive Officer PT Lippo General Insurance Tbk pada 2011, perusahaan asuransi itu sudah beroperasi mendekati 30 tahun. Selama tiga dekade itu, LippoInsurance sudah mencapai kinerja keuangan yang terbilang baik. Omsetnya sudah ada di kisaran Rp 300 miliar pertahun, karyawan pun telah nyaman dengan pencapaian kerja mereka.

Begitu ditunjuk sebagai CEO, Benjamin langsung berupaya melakukan perubahan untuk mencapai hasil lebih signifikan. Meski ia tahu betul bahwa banyak raksasa yang menguasai pasar asuransi di Indonesia, ia tidak gentar untuk bertekad tumbuh lebih besar. Karena dalam analisanya, tidak banyak pemain yang bisa jadi yang terbesar secara keseluruhan. Biasanya, mereka menjadi yang terbaik di kategori tertentu. “Jadi pilih mau hebat di bidang apa, utama di bidang apa,” tegas Agus Benjamin.

Kategori yang dirasa pas bagi LippoInsurance saat itu, yaitu kategori Corporate Health Insurance atau kategori asuransi kesehatan untuk korporat (kumpulan). Menurut Benjamin, di kategori lain sudah banyak yang menguasai, tapi relatif tidak di kategori yang satu ini. Karena, kategori Corporate Health Insurance ini cukup menantang dan tidak mudah untuk dijalankan secara berkesinambungan. Nasabah korporat sangat demanding dalam hal value.

Nah, untuk bisa menjadi pemain utama di kategori menantang ini, Benjamin melaksanakan tiga kiat utama. Pertama, menetapkan Core Value dalam memposisikan perusahaan di hadapan Nasabah. Untuk LippoInsurance, Core Value yang ia bentuk adalah Trustworthy atau bisa dipercaya. Lalu, kiat kedua: perusahaan yang ia pimpin harus mempunyai energi yang gigih dan berkesinambungan. Menurut Benjamin, jika kinerja baik kadang dicapai, kadang tidak, maka perusahaan itu akan sulit menjadi pemain utama. Kuncinya, persistensi,” ujar Benjamin.

Kemudian, kiat ketiga adalah mengupayakan Fundamental Growth atau pertumbuhan yang memiliki dasar yang kokoh. Ia mengumpamakan pertumbuhan yang punya dasar kuat seperti piramid. Sementara yang tak punya dasar kuat seperti tiang bendera. Tidak ada yang bisa jadi pemain utama yang sebenarnya tanpa ditopang pertumbuhan dengan dasar kuat. Dalam prakteknya, Fundamental Growth di LippoInsurance ia terjemahkan menjadi Operation Excellence alias Keunggulan Operasional. Hal ini penting, mengingat LippoInsurance bergerak dalam bisnis jasa, contoh: Dalam sehari LippoInsurance harus memproses hampir 3.500 pengajuan klaim. Jika dalam sehari banyak yang tertunda dan terus berlanjut dalam seminggu saja, bayangkan akan ada ribuan proses yang terganggu.

Karena itulah, diperlukan Operational Excellence. Proses klaim lancar akhirnya kepercayaan client dapat dijaga. Memang dari 3500 itu tidak selalu sempurna atau zero defect. Namun bench marknya harus jauh lebih baik ketimbang rata rata industri.

Selain itu, Benjamin juga punya jurus lain dalam memotivasi karyawannya agar mau bekerja lebih giat. Yaitu dengan menempatkan “hope” atau “harapan” sebagai penunjuk arah utama perusahaan. Jika punya harapan yang jelas, setiap orang tidak akan mudah menyerah. Nah, seorang pemimpin harus dapat mengelola harapan. Menurut pria yang lulus Magister Manajemen Prasetiya Mulya Business School dengan predikat cum laude ini, mengelola harapan adalah sebuah proses. Semakin perusahaan bertumbuh, harapan yang perlu dikelola juga bertambah kompleks.

Hasil dari berbagai kiatnya tadi, bisnis LippoInsurance telah berkembang menjadi tiga kali lipat dalam empat tahun terakhir. Tahun 2013 lalu pendapatan tumbuh 46 persen, dan profit tumbuh 86 persen Tahun 2014 diharapkan mencapai pendapatan Rp 1 triliun. Perusahaan yang ia pimpin kini pun sudah menjadi pemain utama di kategori Corporate Health Insurance.

http://pmbs.ac.id/s2/