Power of View
Ir. Tato Miraza, SE., M.M., Direktur
Utama PT ANTAM (Persero) Tbk

ANTAM Harus Jadi Perusahaan Kelas Dunia

Sumber daya mineral Indonesia yang melimpah mengharuskan ANTAM menjadi perusahaan kelas dunia.

Tidak banyak negara yang dikaruniai kekayaan alam melimpah seperti Indonesia. Mineral yang tersimpan di perut bumi Indonesia tak terhitung jumlahnya. Negeri ini tercatat sebagai pemilik cadangan nikel kelima terbesar di dunia, emas di urutan keenam, bauksit terbesar keenam, dan peringkat kedelapan pemilik tembaga terbesar di dunia.

Melihat potensi yang ada, sudah saatnya Indonesia memiliki perusahaan tambang dan pengolahan hasil tambang kelas dunia. Cita-cita itulah yang ingin dicapai PT ANTAM (Persero) Tbk. Dipimpin Direktur Utama Ir Tato Miraza, SE, MM, ANTAM kini tengah meniti langkah sebagai salah satu raksasa pertambangan dunia.

Tato Miraza mengatakan, sumber daya alam Indonesia yang melimpah mengharuskan BUMN pertambangan dan pemrosesan mineral ini menjadi pemain utama dunia. Menurutnya, sumber daya mineral Indonesia sudah menjadi salah satu yang terbesar di dunia, tetapi produksinya belum. “Dan, memang kami harus ke sana. Targetnya, 10 tahun ke depan ANTAM harus bisa menjadi nomor dua atau tiga terbesar di dunia untuk nikel dan nomor lima atau enam untuk bauksit-alumina,” kata Tato.

Untuk menuju ke sana, alumnus Program Magister Manajemen Prasetiya Mulya Business School ini mengatakan bahwa perusahaan ini memiliki strategi yang harus mendapat dukungan dari para pemegang kepentingan. Cita-cita ini tidak bisa dicapai jika ANTAM sendirian, tetapi harus diintegrasikan dengan perusahaan lain seperti Inalum, perusahaan peleburan aluminium yang baru saja diambil alih Indonesia dari Jepang. “Integrasi ini akan melahirkan suatu kekuatan yang besar. Integrasinya tidak harus dimerjer, bisa juga joint venture. Keuntungan bisa diambil dari ujung produknya, yaitu aluminium atau stainless steel,” ujar pria penghobi bersepeda ini.

Selain itu, sumber daya manusia juga harus disiapkan. Usaha pertambangan dan pemrosesan mineral membutuhkan teknologi tinggi. Tapi, soal ini Tato cukup percaya diri karena ANTAM memiliki SDM andal yang mampu mengelola pertambangan lebih efektif dan berdaya saing tinggi. Ia mencontohkan, proyek chemical alumina di Tayan, Kalimantan Barat, menggunakan properti intelektual sendiri sehingga biayanya 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan teknologi yang banyak digunakan negara lain

Kepercayaan diri laki-laki kelahiran Jakarta, 9 Februari 1968 ini juga datang dari pemberlakuan Undang-undang Nomor 9 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) yang salah satunya berisi larangan ekspor mineral mentah. Larangan ini memaksa perusahaan-perusahaan tambang mengolah hasil tambangnya di dalam negeri sebelum diekspor. ANTAM sudah melakukannya sejak dulu dan kini pemrosesan mineral mendominasi bisnis perusahaan.

Membawa ANTAM sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia memang bukan tugas ringan. Tapi, Tato sudah punya bekal cukup untuk itu. Gelar Magister Manajemen yang diperolehnya dari Prasetiya Mulya Business School akan membantu Tato mencapainya. “Banyak value yang saya dapatkan. Di sana (Prasetiya Mulya Business School) ada simulasi bisnis. Kami juga diajarkan bagaimana agar korporasi dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Itu betul-betul implementatif,” kata Tato yang menjadikan sosok Ibu sebagai role modelnya.

http://pmbs.ac.id/s2/