Power of View
Ir. Tato Miraza, SE., M.M., Direktur
Utama PT ANTAM (Persero) Tbk

Menggali Potensi Emas di Indonesia

Cadangan emas di seluruh Indonesia sebesar 3.000 ton dan sumber dayanya 6.000 ton.

Indonesia dikenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Kekayaan alamnya melimpah, salah satunya adalah emas. Potensinya tersebar merata di seluruh penjuru negeri, seperti di Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan kawasan timur Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2013, jumlah cadangan emas di Indonesia sebesar 3.000 ton dan sumber dayanya mencapai 6.000 ton. Adapun di seluruh dunia, menurut data United States Geological Survey (USGS) 2011, cadangan emas mencapai 51 ribu ton.

Ir. Tato Miraza, S.E., M.M., Direktur Utama PT ANTAM (Persero) Tbk, mengatakan bahwa potensi emas di Indonesia sebenarnya menjanjikan, tapi besar atau tidaknya belum diketahui karena belum dieksplorasi seluruhnya. Dua tambang yang sudah terbukti memiliki potensi besar adalah Grasberg di Papua yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia dan Sumbawa Barat oleh PT Newmont Nusa Tenggara. “Kalau potensinya, Indonesia berada di urutan kelima atau keenam dunia karena belum tergali,” kata Tato.

Alumnus Magister Manajemen Prasetiya Mulya Business School ini pun mengatakan, persoalan di pertambangan emas mirip dengan di dunia migas. Dalam 15 tahun terakhir ini, eksplorasi emas sangat minim sehingga potensinya belum terpetakan dengan baik. Eksplorasi komoditas ini memang membutuhkan teknologi dan modal yang besar, tetapi risikonya tinggi. “Setiap tahun ANTAM mengalokasikan dana US$10-20 juta untuk eksplorasi, itu pun belum tentu dapat,” ujar Tato.

Ia mencontohkan, Pulau Buru di Maluku yang belum dieksplorasi ternyata menyimpan emas yang cukup menjanjikan. Karena belum ada perusahaan tambang yang beroperasi di sana, tambang-tambang ilegal pun bermunculan. Ini menimbulkan permasalahan lain. Praktek pertambangan yang tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan lingkungan di daerah sekitarnya.

Potensi yang besar juga bisa ditemukan di Pegunungan Bintang, Papua; Mandailing Natal, Sumatera Utara; Martabe, Sumatera Utara; dan daerah sekitar Grasberg, Papua. “Potensi emas di Indonesia baru bisa dipastikan jika ada eksplorasi. Dan eksplorasi itu bukan sesuatu yang mudah karena dibutuhkan pengetahuan yang tinggi,” kata Tato.

Saat ini Antam sedang berfokus melakukan eksplorasi di Provinsi Jambi, Jawa Barat, dan Papua. Selain berfokus pada pencarian cadangan baru, BUMN ini juga sedang menjajaki berbagai kesempatan, seperti yang dilakukan saat mengakuisisi tambang Cibaliung pada 2009 dan menambah kepemilikan di tambang Gosowong pada 2012 lalu.

Tato mengatakan, salah satu alasan mengapa pertambangan emas masih sangat menjanjikan adalah emas merupakan produk safe haven yang akan terus dicari konsumen perorangan atau negara sebagai investasi maupun cadangan devisa. Awal 2014 ini, permintaan emas dunia sempat melambung seiring dengan tingginya minat bank-bank sentral di dunia terhadap produk ini. Sebagai cadangan devisa, emas dinilai lebih menjanjikan kestabilan harga karena pasokannya yang terbatas. Selain itu, emas juga cenderung mudah diperdagangkan dibandingkan dengan komoditas lain.

Itu sebabnya, kata Tato, harusnya ada kebijakan strategis terhadap komoditas emas. “Belajar dari negara-negara lain seperti Laos, Myanmar, dan Uzbekistan yang sudah sejak awal melarang ekspor emas, kenapa kita tidak berpikir seperti itu?” kata Tato yang pernah lama mengenyam kehidupan di kawasan pertambangan Pomalaa, Sulawesi Tenggara, ini.

Kalau saja Indonesia menjadikan emas sebagai cadangan devisa, ketergantungan terhadap kurs dolar AS bisa dikurangi. Setiap tahun, Indonesia mengekspor emas senilai US$ 3-4 miliar. “Dan kalau itu kita simpan sebagai cadangan devisa, kita akan kuat. Harga emas berdasarkan historisnya selalu naik. Ini yang mungkin harus dipikirkan secara strategis,” tutur Tato.

http://pmbs.ac.id/s2/