Power of View
Danny Budiharto, Operational Director
PT.Dyandra Media International

Sukses Bermodal SDM Berkualitas

Meski dihadang kendala, Dyandra sukses menjalankan bisnis MICE. Salah satu kuncinya adalah pengembangan SDM berkualitas.

Bisnis Meeting, Incentive, Convention & Exhibition atau MICE di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala cukup berat. Selain karena masih sangat kurangnya infrastruktur gedung-gedung yang memadai untuk menggelar event besar, sejumlah aturan dan kebijakan pemerintah juga masih belum mendukung industri MICE.

Misalnya, mengenai pajak terhadap barang dari luar negeri yang akan masuk untuk dipamerkan. Aturan di kebanyakan negara di seluruh dunia, barang yang dipamerkan seharusnya bebas pajak. “Di Indonesia ada aturan resminya bahwa barang yang masuk untuk dipamerkan itu bebas pajak. Tapi, pada pelaksanaannya sulit untuk benar-benar bisa tidak kena pajak,” ujar Danny Budiharto, Operational Director PT Dyandra Media International,Tbk.

Selain itu, tambah Danny, sekarang muncul peraturan baru dari pemerintah daerah bahwa semua yang ada dalam ruang pameran itu harus dikenakan pajak promosi. Artinya, sekarang bukan hanya papan reklame di pinggiran jalan saja yang dikenai pajak. Semua tampilan yang ada di dalam gedung pameran pun dikenakan pajak promosi.

Ini sangat disayangkan oleh Danny. Karena, sebenarnya industri MICE punya potensi besar dan bisa berkontribusi cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pelaksanaan MICE tingkat internasional di Indonesia umpamanya, selalu menghasilkan kunjungan wisatawan asing dalam jumlah besar. Belasan ribu delegasi dari manca negara datang sekaligus sebagai turis yang membawa pemasukan devisa. Dan, jangan salah. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), pengeluaran belanja delegasi alias turis asing dari segmen MICE ini tiga kali lipat ketimbang turis asing biasa.

Artinya, jika turis asing biasa rata-rata menghabiskan 1.200 dolar AS per kunjungan, maka turis MICE menghabiskan 3.600 dolar AS per kunjungan. Nah, tahun ini Kementerian Parekraf menargetkan kedatangan 400 ribu wisatawan mancanegara di segmen MICE. Maka, industri MICE diperkirakan bakal memberi kontribusi pemasukan total devisa sebesar 1,44 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,84 triliun, sepanjang 2014.

Meski menghadapi kendala, DMI Dyandra terbukti bisa bertahan dan bahkan berkembang pesat di bisnis MICE. Menyiasatinya, DMI Dyandra memperkecil kendala infrastruktur dengan membangun sendiri gedung-gedung konvensi berstaraf internasional. Kunci sukses lainnya, adalah pada kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Danny yang memiliki gelar MBA bidang Marketing dari Prasetiya Mulya Business School ini memang begitu serius dalam membangun SDM di dalam DMI Dyandra. Tidak tanggung-tanggung. DMI Dyandra menyekolahkan karyawannya ke sekolah event dan pameran di luar negeri, dengan pola ikatan kerja. Antara lain, ke sekolah Jerman, dan Inggris.

Dengan aset SDM berpendidikan tinggi, kualitas hasil kerja DMI di lapangan terlihat berbeda, dan punya nilai lebih ketimbang hasil kerja Event Organizer (EO) lain.“Dibanding perusahaan EO lain perbedaan kami adalah pada SDM. Saat ini ada sekitar 15 orang lulusan S2 luar negeri. Karena aset bisnis MICE ini kuncinya di manusia, kalau mau berhasil ya kualitas manusianya harus ditingkatkan,” kata Danny.

Maka tak heran, dengan didukung SDM yang berkualitas DMI bisa tetap sukses. Tahun lalu saja DMI Dyandra berhasil meraup pendapatan hingga Rp 908 miliar, meski bermain di industri yang masih menghadapi berbagai kendala cukup berat.

http://pmbs.ac.id/s2/