Power of View
Danny Budiharto, Operational Director
PT.Dyandra Media International

Jangan Remehkan Pelaku Industri MICE

Sukses menggelar 700 event setahun, dan menjadi perusahaan di bidang MICE Indonesia pertama yang go public.

Awalnya, pilihan profesi pria ini kerap dianggap remeh masyarakat, bahkan oleh orang tuanya sendiri. “Kamu disekolahkan tinggi-tinggi kok sekarang kerjanya cuma membuat pameran-pameran saja,” ujar Danny Budiharto sembari tertawa, meniru perkataan orang tuanya ketika mendengar bahwa dirinya bekerja sebagai seorang penyelenggara event.

Penyelenggara event, hingga kini memang masih dilihat sebelah mata karena dianggap hanya sebatas menyelenggarakan ajang-ajang pameran skala kecil di mal-mal. Industri MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) tak dilihat sebagai industri besar yang menjanjikan. Danny yang bergelar MBA bidang Marketing dari Prasetiya Mulya Business School dianggap kebanyakan orang tak patut menekuni profesi ini.

Padahal, jangan salah. Setelah 20 tahun terjun di industri MICE, Danny yang kini menjabat sebagai Operational Director PT Dyandra Media International Tbk (DMI) sudah merasakan manisnya bisnis MICE. Begitu banyak prestasi dan keberhasilan DMI yang ternyata jauh melewati mimpi-mimpi Danny saat pertama membangun perusahaan penyelenggara event ini. Betapa tidak, Dyandra Promosindo awalnya hanyalah usaha sampingan Danny yang waktu itu sudah sempat bekerja di pabrik baja dan perusahaan developer.

Tanpa punya kantor dan pegawai tetap, waktu itu, Dyandra hanya menangani satu atau dua kali pameran saja. Tapi, saat ini grup usaha DMI bisa menyelenggarakan lebih dari 700 event dalam setahun. Bermodalkan keunggulan sumber daya manusia yang kreatif dan terdidik, DMI mampu menggelar 350 macam event pameran. Mulai dari ajang Indonesia International Motor Show, Mega Bazaar Computer, Indonesia Cellular Show, Indonesia International Communication Expo and Conference, dan banyak lagi. Bahkan, DMI diperkirakan menguasai 80 persen pasar eventdi Indonesia.

Bukan cuma itu. Cakupan bisnis DMI pun meluas. Selain bergerak di bisnis penyelenggaraan event, dan pendukung event, DMI kini sudah memiliki empat convention center besar, dan juga 11 hotel berbintang di berbagai lokasi. Kinerja bisnisnya tak kalah menjulang. Lihat saja. Pendapatan Perseroan mencapai Rp 908 miliar pada tahun 2013, atau meroket 45 persen dibanding tahun sebelumnya yang baru mencapai Rp 624 miliar.

Dari pendapatan sebesar Rp 908 miliar tadi, sekitar 70 persennya disumbang dari bisnis penyelenggaraan MICE. Itu artinya, profesi di bidang MICE tidak bisa dianggap remeh, karena potensinya sangat menjanjikan. “Kami memang punya hotel, dan convention center, tapi itu cuma menyumbang 30 persen saja dari pendapatan. Justru 70 persen atau hampir Rp 700 miliar disumbangkan oleh kegiatan event,” jelas Danny.

Di luar kesuksesan bisnisnya, salah satu mimpi Danny adalah menjadikan profesi penyelenggara MICE ini diakui masyarakat luas. Untuk mewujudkan mimpinya, Danny berupaya keras membawa perusahaannya untuk go public alias terdaftar di bursa saham. Pada 2013 lalu DMI go public, dan berhasil meraup dana segar hampir Rp 450 miliar, sekaligus menjadi perusahaan MICE pertama yang listing di Bursa Efek Indonesia. “Dengan berhasil go public, berarti industri kami diakui pemain lain,” ujar Danny.

Artinya, profesi penyelenggara event, dan pelaku industri MICE pun tak bisa lagi dianggap remeh.

http://pmbs.ac.id/s2/