A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Implementasi Pancasila Harus Dinamis | Jendela MPR-RI | tempo.co

30 MEI 2015 | 03.00

Implementasi Pancasila Harus Dinamis

Anggota MPR RI, TB Hasanuddin usai menjadi keynotes speech mewakili pimpinan MPR di acara Seminar Kebangsaan Peringatan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 di aula Kantor Walikota Blitar, Sabtu, 30 Mei 2015.

INFO MPR - Anggota MPR RI TB Hasanuddin menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut dia, hal itu juga harus dilakukan secara dinamis dan tidak hanya sekadar konsep semata.

"Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten karena Pancasila tidak berisi nilai yang statis, tetapi memiliki jiwa yang dinamis," ujar Hasanuddin saat menjadi keynotes speech mewakili pimpinan MPR di acara Seminar Kebangsaan Peringatan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 bertema "Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memperkokoh Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara" di aula Kantor Walikota Blitar, Sabtu, 30 Mei 2015. Hadir dalam acara ini Walikota dan Wakil Walikota Blitar, Ketua DPRD Blitar, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Pemprov dan Kabupaten/Kota Blitar, dan para Civitas Academica Universitas Blitar.

Untuk itu, kata Hasanuddin, setidaknya ada dua hal penting yang perlu dilakukan dalam menempatkan Pancasila sebagai ideologi perubahan. Pertama, Pancasila sebagai ideologi dasar negara dan falsafah hidup berbangsa idealnya tumbuh dan dipraktikkan dalam setiap aktivitas masyarakat. Kedua, sikap konsisten dari berbagai elemen bangsa. "Pemimpin dan elit politik harus menjadikan Pancasila sebagai dasar dan etika serta pedoman dalam berpikir dan bertindak," ujarnya.

Ia berharap dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, semua pihak tidak menanggalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia yang menjadi jati diri bangsa dan negara Indonesia.

Paling tidak ada dua hal penting mengenai Pancasila dalam konteks sekarang ini. Pertama, dari aspek internal, yaitu pasang surutnya pemahaman dan pengamalan Pancasila, mengharuskan adanya upaya yang serius untuk melakukan upaya-upaya koreksi dan antisipasi. Sejak Pancasila tidak lagi menjadi asas tunggal dalam setiap organisasi manapun, telah lahir dikotomi antara Pancasila dan landasan organisasi. Pancasila kurang dioptimalkan sebagai common platform dalam kehidupan berorganisasi. Kedua dari aspek eksternal, khususnya pengaruh globalisasi. Selain dampak positif, globalisasi juga mengakibatkan sekian banyak pengaruh negatif, bukan disorientasi dan dislokasi sosial saja, tapi juga dapat mengakibatkan pudarnya identitas dan jati diri bangsa.

Nilai-nilai Pancasila yang sangat mendasar seperti gotong royong secara tidak langsung telah banyak dipengaruhi nilai-nilai individualisme yang sangat liberal. Pola-pola pragmatis dan transaksional telah mewarnai setiap interaksi sosial, politik maupun ekonomi. Banyak perangkat nilai yang tidak sesuai dengan budaya bangsa yang semakin marak, di antaranya, pronografi, tawuran, dan narkoba yang semakin mewarnai berbagai media merupakan satu contoh kongkrit pudarnya identitas dan jati diri bangsa.

Tim Info TEMPO

Foto Terkini