A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Rekayasa Sosial Bukan Rasisme Dan Diskriminatif | Jendela MPR-RI | tempo.co

06 JANUARI 2016 | 15.10

Rekayasa Sosial Bukan Rasisme dan Diskriminatif

Rekayasa Sosial Bukan Rasisme dan Diskriminatif

INFO MPR - Masalah ketimpangan ekonomi antara yang kaya dan miskin terjadi di Indonesia. Permasalahan ini berefek domino dengan terjadinya kriminalitas, radikalisme, dan kerusuhan sosial. “Hal ini sangat berbahaya sekali jika didiamkan tanpa ada upaya membenahinya,” ungkap Ketua MPR Zulkifli Hasan.

Pemikiran ini muncul saat Zulkifli Hasan berbincang dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak belum lama ini. Hal ini kemudian di-share oleh Ketua MPR dalam audiensi dengan delegasi Pengurus Besar (PB) Al Jam’iyatul Washilah, pada Rabu 6 Januari 2016 di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III, Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta.

Lebih lanjut, Zulkifli Hasan menceritakan bila menurut Najib Razak di Malaysia sejak lama sudah melakukan apa yang disebut rekayasa sosial. Mengapa rekayasa sosial tersebut dibuat, sebab warga bumiputera atau warga pribumi kalau tidak dibantu tidak akan bisa maju, mereka akan tertinggal jauh dengan yang lain.

Pemerintah Malaysia membantu para bumiputera untuk maju dalam segala hal seperti perekonomian dan pendidikan. Pengusaha bumiputera membuat proposal usaha dibantu oleh manajemen perbankan pemerintah. Pendidikan gratis dan rutin mengirimkan pelajar ke luar negeri untuk sekolah. “Menurut Najib Razak semua itu dilakukan bukan mengimplementasikan rasisme atau diskriminatif tapi sebagai bentuk memunculkan kesetaraan dan keadilan,” kata Zulkifli.

Menurut Zulkifli bila di Indonesia dilakukan rekayasa sosial untuk membantu pribumi lebih dimaksudkan agar terjadi kesetaraan dan keadilan. “Bukan diartikan hanya memikirkan golongan masyarakat tertentu atau melakukan diskriminasi atau rasisme,” tegasnya.

“Intinya, harus ada kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kalau kita makan roti, masyarakat lain juga harus sama, setidaknya makan layak. Ini bukan soal hanya memikirkan suku tertentu saja atau soal ras tapi soal kesetaraan dan keadilan dan pengamalan Pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.

Zulkifli menjelaskan bila kita harus memutus rantai kemiskinan dengan membantu yang miskin agar setara. “Coba bayangkan, keluarga miskin akan menikahkan anaknya sesama miskin karena memang tidak mampu menikah jika memerlukan modal yang besar. Karena miskin, anak-anaknya juga tidak akan sekolah nantinya, setelah besar akan miskin pula. Rantai kemiskinan ini harus diputus dengan rekayasa sosial,” tandasnya.

Kepada delegasi PB. Al Jam’iyatul Washilah, Zulkifli berpesan agar masalah ini dipikirkan dan perlu tindakan nyata. “Jangan malah antar sesama muslim saling bertengkar, pikirkan dahulu kesejahteraan umat. Jangan cari-cari perbedaan lagi tapi carilah persamaan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua MPR RI diundang hadir dan memberi keynote speech dalam rakernas pada akhir Januari 2016 di Kopo, Jawa Barat. Dalam berorganisasi, Yusnar mengungkapkan bila dibicarakan juga program-program organisasi yang bekerja sama dengan MPR RI seperti Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. (*)

Foto Terkini