A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Empat Pilar Mpr Lewat Budaya Daerah | Jendela MPR-RI | tempo.co

12 DESEMBER 2015 | 10.00

Empat Pilar MPR Lewat Budaya Daerah

Empat Pilar MPR Lewat Budaya Daerah

INFO MPR - Sosialiasi 4 Pilar MPR melalui pagelaran seni budaya tradisional menjadi pilihan yang digunakan MPR dalam menyosialisasikan 4 Pilar MPR.  Bekerjasama dengan Budayawan dan Pengelola Museum Aceh, MPR RI  menggelar sosialisasi 4 Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) melalui pertunjukan seni budaya Didong. Mengangkat tema ‘Suara Hati Relung Pedalaman’ acara diselenggarakan di Museum Aceh yang sudah berusia 100 tahun, Kota Banda Aceh pada Jumat malam 11 Desember 2015.

Acara ini dihadiri oleh H. Muslim Ayub, SH.MM., (anggota Fraksi PAN MPR), Dra. Junaida Hasnawati Kepala Museum Aceh, Azhar Muntasir mewakili Kadis Budaya dan Parawisata Prov. Aceh serta tokoh masyarakat, budayawan, mahasiswa dan ratusan pecinta seni budaya didong yang datang dari Banda Aceh dan daerah sekitarnya.

Muslim Ayub mewakili pimpinan dan anggota MPR menyampaikan bahwa sosialisasi 4 Pilar MPR melalui seni budaya Didong di museum Aceh ini adalah tepat. Pertunjukan Didong diharapkan sosialisasi 4 Pilar MPR dapat diterima dan diserap oleh masyarakat.

"Didong adalah kesenian rakyat dan sangat dekat dengan masyarakat. Sosialisasi ini penting untuk mempersatukan kita semua sesuai dengan yang tercantum didalam 4 Pilar MPR yaitu Bhinneka Tunggal Ika," ujar Muslim.

Pertunjukan Didong berlangsung semalam suntuk, mempertandingkan dua grup (klop). Masing-masing grup terdiri dari pria dewasa berjumlah 10 sampai 20 orang. Masing-masing grup terdapat tiga pasang ceh, atau penyair dan pendendang puisi.  Para ceh ini memiliki suara merdu atau ling temas.

Pasangan ceh pertama disebut ceh utama selanjutnya pasangan berikut disebut ceh due (ceh dua) dan ceh tige (ceh tiga). Masing-masing ceh berusaha menjatuhkan grup lawan dengan cara membuat puisi yang berisi sindiran, atau puisi yang menjawab teka teki, atau puisi yang telah diberi tema khusus seperti tema sosialisasi emapt pilar. (*)

 

Foto Terkini