Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh, adalah peribahasa yang dulu menjadi semboyan kekuatan kita berbangsa dan bernegara.
INFO MPR - Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh, adalah peribahasa yang dulu menjadi semboyan kekuatan kita berbangsa dan bernegara. Peribahasa tersebut harus diberdayakan kembali untuk sinergi nasionalisme dalam membentuk karakter bangsa seutuhnya.
Itulah stu hal yang bisa diambil dari Seminar Nasional yang digelar di Banten, Sabtu 23 Mei 2015.
Seminar bertema 'Membangun Karakter Bangsa Dalam Perspektif Kebhinekaan Untuk Mewujudkan Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara', ini terselenggara atas kerjasama dengan Lembaga Humaniora.
Sekitar 300 undangan hadir turut berpartisipasi. Juga narasumber
DR M Ali Taher (Sekretaris F.PAN MPR), Kuswiyanto (Anggota F.PAN MPR), DR Patrialis Akbar (Hakim MK) Amran (Anggota F.PAN MPR). Narasumber adalah para Anggota MPR dan DPR dari Fraksi PAN MPR RI juga ada perwakilan dari MK.
Pada kesempatan tersebut sebagai pembicara kunci sekaligus membuka secara resmi acara tersebut, Ali Taher mengatakan kegiatan MPR harus terus menerus dilakukan dalam rangka membangun kehidupan berbangsa dan bernegara agar Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan solid secara moril dan materiil.
Pancasila adalah dasar negara, hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat dan Negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Secara historis, Pancasila diambil dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga mempunya fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Masyarakat Indonesia memiliki beraneka ragam perbedaan, sehingga ada beberapa hal yang harus dihargai dan dihormati agar tidak terjadi perpecahan dan konflik. Dengan berpedoman pada semboyan bangsa yaitu BHINEKA TUNGGAL IKA yang mempunyai makna “Berbeda-beda tetapi tetap satu”, walaupun kita berbeda suku, agama, ras, pandangan, pendapat, apapun itu yang berbeda. Tetapi kita harus tetap bersatu agar tecipta bangsa yang memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang cinta kedamaian, cinta tanah air dan menikmati adanya suatu perbedaan. (*)