A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Hidayat Nur Wahid Bukan Wayangan Biasa | Jendela MPR-RI | tempo.co

23 MEI 2015 | 07.11

Hidayat Nur Wahid Bukan Wayangan Biasa

Pagelaran wayang kulit dengan lakon Wiratha Parwa berlangsung di lapangan Denggung, Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jumat malam 22 Mei 2015.

INFO MPR - Pagelaran wayang kulit dengan lakon Wiratha Parwa berlangsung di lapangan Denggung, Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta,  Jumat malam 22 Mei 2015. Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyerahkan kayon kepada dalang Ki Seno Nugroho, dalang dari Bantul, tanda pagelaran dimulai.

MPR bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provindi DI Jogjakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman adalah penyelenggara pagelaran ini. "Tujuannya untuk menyebarluaskan nilai-nilai Empat Pilar  melalui salah seni budaya Indonesia, yaitu wayang kulit," ujar Tugiyana, Kepala Biro Setpim Setjen MPR, selaku panitia penyelenggara kegiatan ini.

MPR memang mendapat mandat undang-undang untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI -- Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara dan Ketatapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara. Sosialisasi melalui media seni dan budaya merupakan  salah metode digunakan oleh MPR.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam sambutannya mengatakan bahwa wayang yang digelar Jumat malam tersebut  bukan wayangan biasa. Tapi, wayangan sebagai salah satu metode atau cara digunakan MPR  menyosialisasikan hal yang amat sangat prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu, Panasila sebagai ideologi dan dasar negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Jadi, menurut Hidayat, wayang malam tersebut bertujuan untuk menyegarkan kembali, menyemangati kembali agar seluruh ketentuan berbangsa dan bernegara bisa kita pahami dengan lebih baik. Untuk kemudian, kata Hidayat, bisa kita laksanakan dengan lebih baik pula. "Agar dengan demikian cita-cita proklamasi dan cita-cita reformasi seperti dicetuskan pada 21 Mei 1998 bisa terlaksana," katanya.

Penonton penggemar wayang kulit dari kabupaten Sleman dan berbagai pelosok DI Jogjakarta memenuhi lapangan Denggung, yang terletak di pinggir jalan utama Jogja - Magelang itu.

(*).

Foto Terkini