A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Sosialisasi Empat Pilar Mpr Ri Pada Kohati Pb Hmi | Jendela MPR-RI | tempo.co

29 AGUSTUS 2015 | 13.10

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada Kohati PB HMI

Pancasila tidak sekedar untuk dihafal tapi sangat perlu untuk dipahami dan diamalkan.

Info Mpr - Sebagai tanggung jawab MPR RI, sosialisasi empat pilar MPR RI (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) terus gencar dilaksanakan oleh pimpinan maupun anggota MPR RI dengan target sasaran berbagai elemen masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Pada Jumat 28 Agustus 2015, giliran anggota Korps HMI Wati (Kohati) PB HMI Jakarta menjadi target sosialisasi. Wakil Ketua MPR RI, Mahyudin, menjadi pemapar materi sosialisasi bersama dua narasumber utama dari anggota MPR RI, Hardi Susilo dan Hermanto.

Kepada para peserta, Mahyudin, mengatakan bahwa isi Pancasila semua pasti hafal di luar kepala tapi soal pemahaman dan pengamalan itu perlu terus diingatkan. “Pancasila tidak sekedar dihafal tapi sangat perlu untuk dipahami dan diamalkan. Itulah pentingnya sosialisasi untul menyegarkan ingatan kita semua akan nilai-nilai luhur bangsa,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mahyudin menyatakan bahwa pengamalan Pancasila sebenarnya bukan hal yang susah karena Pancasila itu sendiri merupakan ciri khas dan karakter bangsa Indonesia sejak dulu. Seperti soal ketuhanan, seluruh rakyat Indonesia percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian soal penghormatan kepada yang lebih tua itu adalah salah satu esensi dari nilai luhur bangsa dan masih banyak lagi.

Untuk persatuan, Mahyudin menegaskan bahwasanya persatuan Indonesia jangan sampai pecah. Nasionalisme harus ditingkatkan demi persatuan bangsa. Konflik soal keberagaman Indonesia seharusnya tidak lagi menjadi persoalan.

“Perpecahan bangsa muncul dari konflik karena perbedaan. Nusantara ini dulu pernah memiliki kerajaan-kerajaan besar namun hancur bukan karena faktor eksternal tapi karena faktor internal perebutan kekuasaan dan perang saudara. Karena perpecahan itulah muncul penjajah yang menjajah habis bangsa kita. Kita harus belajar dari sejarah bangsa kita itu agar tidak terulang lagi sekarang,” pungkasnya. (*)

Foto Terkini