Severity: 8192
Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead
Filename: libraries/Pagination.php
Line Number: 2
Backtrace:
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once
27 AGUSTUS 2015 | 15.00
Pesantren semakin digemari orangtua karena dianggap mampu membekali ilmu dan akhlak
Info MPR - Kemerdekaan Indonesia genap berusia 70 tahun. Kendati demikian, tidak berarti Indonesia merdeka dari permasalahan.
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta miris melihat permasalahan bangsa, khususnya pendidikan saat ini. Dalam dunia pendidikan, infrastruktur untuk mendukung sarana dan prasarana semakin jauh dari harapan.
"Kasihan. Kenapa itu terjadi? Bukankah undang-undang telah meletakkan pendidikan sebagai sektor prioritas," kata Oesman saat menjadi keynote speaker Sosialisasi Empat Pilar MPR di Yayasan Pesantren Islam Al Falah Dago, Bandung Jawa Barat, Kamis, 27 Agustus 2015.
Persoalan ini, kata Oesman adalah imbas globalisasi. Selain itu, dalam ketentuan perundang-undangan permasalahan bangsa disebabkan banyak faktor. Antara lain, masih lemahnya penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, minimnya pemahaman terhadap hukum dan konstitusi, kurangnya persatuan dan rasa nasionalisme, serta toleransi sesama anak negeri semakin kurang.
"Menyadari itu MPR merasa perlu mengambil peran dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. Salah satunya melakukan sosialisasi Empat Pilar," katanya.
Sosialisasi ini butuh dukungan semua pihak. Dilakukan terus menerus, sehingga pelajar dan anak muda masa kini ingat dan menghayati Empat Pilar.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan bahwa perhatian pemerintah daerah kepada pesantren semakin berkurang. Lantaran alokasi anggaran bagi pesantren tidak lagi dari Kementerian Pendidikan, tetapi dari Kementerian Agama yang nilainya lebih kecil. Mahyudin berharap, pemerintah tetap peduli mendukung pesantren seperti memberi perhatian kepada pendidikan formal lain. Orangtua, kata Mahyudin, semakin banyak yang menyekolahkan anak-anaknya di pesantren. "Pesantren digemari orangtua karena dianggap mampu membekali ilmu dan akhlak," kata dia..
Ketua Paniti Pelaksana Sosialisasi Empat Pilar, Suganda mengatakan yayasan Pondok Pesantren Al Falah Dago menyelenggarakan pendidikan formal dan informal. Sebanyak 2000 siswa bersekolah di SD, SMP, SMA dan SMK. Dalam pendidikan nonformal Pondok Pesantren Al Falah mempunyai santri yang berasal dari kalangan siswa, maupun mahasiswa dari Bandung. Mereka berharap, pimpinan MPR dapat membantu dukungan pembangunan infrastruktur sekolah dan pesantren Al Falah Dago. (*)
16 DESEMBER 2015 | 14.48
16 DESEMBER 2015 | 14.47
16 DESEMBER 2015 | 14.47