A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead

Filename: libraries/Pagination.php

Line Number: 2

Backtrace:

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct

File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once

Kecintaan Bung Hatta Pada Indonesia | Jendela MPR-RI | tempo.co

12 AGUSTUS 2015 | 16.00

Kecintaan Bung Hatta pada Indonesia

Diskusi buku biografi Muhammad Hatta menceritakan perbedaan situasi masa kini dengan awal kemerdekaan

Info MPR – Anggota Lembaga Pengkajian Majelis Permusyawaratan Rakyat, A.B. Kusuma, menemukan banyak perbedaan pemimpin masa kini dengan pemimpin pada awal kemerdekaan Indonesia. Bicara soal buku biografi Muhammad Hatta, Untuk Negeriku, di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Senayan, Rabu 12 Agustus 2015, Kusuma memaparkan perbedaan itu, di antaranya dalam hal penguasaan bahasa asing. Kusuma mencontohkan kemampuan Muhammad Hatta atau Bung Hatta menguasai sejumlah bahasa. Ini terlihat dari koleksi buku-buku bacaannya yang berbahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, Prancis, dan Jerman.

“Dulu para pemimpin selalu menguasai bahasa asing dengan baik, enggak seperti sekarang,” ucap Kusuma.

Di samping bicara tentang kepribadian Muhammad Hatta, Kusuma menuturkan aturan perundang-undangan memerlukan pengkajian. Menurut dia, beberapa sistem pemerintahan Indonesia pada masa BP7 telah “dikorupsi”, bahwa DPR dalam menentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara punya peran lebih kuat daripada pemerintah. “Ini nanti yang perlu dikaji dalam berbagai kajian MPR,apakah ajaran itu dijalankan seperti konsep para founding father,” tuturnya.

Ulasan yang disampaikan Kusuma berbeda dengan Meutia Hatta. Putri pertama pasangan Bung Hatta dan Rachmi Rahim ini mengatakan buku biografi itu tidak banyak menceritakan tentang kehidupan pribadi keluarga Bung Hatta karena situasi saat itu. Sejak menghabiskan waktu pengasingan di Belanda selama 11 tahun, kegiatan Bung Hatta di Indonesia kerap diawasi intel, sehingga tidak banyak hubungan yang dilakukan Bung Hatta dengan sepupu-sepupunya. Bahkan, saat mempunyai anak, buku biografi yang selesai ditulis sekitar 1949 itu juga sedikit menceritakan tentang anak-anak. “Jadi Bung Hatta tidak terlalu tenggelam pada keluarga. Walau begitu, bukan berarti keluarga tidak ada,” ujar Meutia, yang menjelaskan bahwa foto ayah dan ibunya adalah satu-satunya yang menggambarkan kekeluargaan.

Menurut Meutia, kecintaan Bung Hatta pada Tanah Air sangat besar. Kepuasan Bung Hatta terbesar adalah saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, penandatanganan Konferensi Meja Bundar, dan usai pemilu 1955.

Sedangkan sejarahwan Rushdy Hoesin menuturkan buku ini penting dan perlu. Penggambaran peristiwa yang dialami Bung Hatta dijelaskan dengan ketelitian. Hadir juga dalam diskusi buku ini, Sekretaris Jenderal MPR Eddi Siregar dan Kepala Biro Humas MPR Ma’ruf Cahyono. (*)

Foto Terkini