Severity: 8192
Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead
Filename: libraries/Pagination.php
Line Number: 2
Backtrace:
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once
18 MEI 2015 | 19.39
Tidak sepatutnya lagi Indonesia yang kaya raya ini masih memiliki banyak rakyat miskin.
INFO TEMPO - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Senin 18 Mei 2015 menghadiri orasi kebudayaan H.S Dillon di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Dalam pernyataannya, Zulkifli sepakat dengan orasi yang disampaikan HS Dillon tentang kelemahan bangsa Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan.
Harbrinderjit Singh Dillon atau dikenal HS Dillon adalah salah satu tokoh Indonesia di bidang Hak Asasi Manusia dan sosial ekonimi. Tahun 2011-2014, HS Dillon adalah Utusan Khusus Presiden bidang Penanggulangan Kemiskinan. Dia menyampaikan orasi dengan judul "Kemiskinan - Kesenjangan: Perbuatan atau Pembiaran".
Dillon mengatakan tidak sepatutnya lagi Indonesia yang kaya raya ini masih memiliki banyak rakyat miskin. Dia menyebutkan tiga fenomena yang disebutnya sebagai paradok pembangunan.
Pertama, kemiskinan meningkat tajam di tengah masyarakat kaya. Kedua, semakin kecil kepedulian. Ketiga, kebutuhan tenaga kerja sangat besar, namun pengangguran terus meningkat.
Penyebab ketidakmampuan pemerintah mengentaskan kemiskinan menurutnya karena Indonesia masih dibayangi paham pembangunan kolonialisme yang ekstraktif dan feodal.
Sementara itu, Zulkifli mengakui tantangan terberat Indonesia adalah kemiskinan. Namun, untuk mengatasi persoalan yang satu ini, menurutnya lebih tepat dilakukan melalui bantuan. “Perang melawan kemiskinan dan kesenjangan antara yang sangat kaya dan sangat miskin merupakan salah satu tantangan terbesar generasi kita,” katanya.
Tanpa harus saling menyalahkan, Zulkifli mengajak komponen bangsa untuk menyatukan langkah, membangun kesetaraan, merapatkan-barisan untuk mengakhiri kemiskinan dan kesenjangan. Yang sudah termaktub dalam Pancasila mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Saya bersedia berada di garis depan dalam merobohkan berbagai mekanisme sosial, ekonomi, maupun politk, serta kebudayaan yang membentuk partisi-partisi sosial. Kita harus kembalikan hak rakyat kepadanya.
16 DESEMBER 2015 | 14.48
16 DESEMBER 2015 | 14.47
16 DESEMBER 2015 | 14.47