Severity: 8192
Message: preg_replace(): The /e modifier is deprecated, use preg_replace_callback instead
Filename: libraries/Pagination.php
Line Number: 2
Backtrace:
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/application/controllers/Detail.php
Line: 14
Function: __construct
File: /mnt/data/microsite/www/jendelaMPR-RI/index.php
Line: 292
Function: require_once
26 JUNI 2015 | 19.00
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Jumat, 26 Juni 2015, Badan Koordinasi Mubaligh se-Indonesia (Bakomubin) yang dipimpin Ali Muchtar Ngabalin
Info MPR – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Jumat, 26 Juni 2015, Badan Koordinasi Mubaligh se-Indonesia (Bakomubin) yang dipimpin Ali Muchtar Ngabalin. Kedatangan Bakomubin untuk bersilahturahmi sekaligus audiensi tentang isu nasional yang menyangkut kemaslahatan dan kebaikan rakyat Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Bakomubin juga menyampaikan susunan kepengurusan yang baru terbentuk pada 18 Juni lalu. Dengan komposisi Ketua Muchtar Ngabalin, Sekretaris Jenderal Iswadi Idris, dan Ketua Majelis Syuro Anwar Sanusi, Muchtar berharap Bakomubin dapat menjadi kekuatan umat dan bersama MPR dapat membangun komunikasi dalam berbagai kegiatan.
Bakomubin juga menyampaikan undangan kepada Ketua MPR untuk menghadiri musyawarah nasional mereka yang akan diselenggarakan di Nusa Tenggara Barat pada Juni 2016. “Kami harapkan Bapak Ketua MPR dapat hadir memberikan arahan dan pandangannya,” kata Muchtar.
Zulkifli menyampaikan apresiasinya dan ucapan selamat kepada Bakomubin yang telah terdaftar dalam Kementerian Dalam Negeri. Dia berharap dapat memenuhi undangan Bakomubin tahun depan.
Dalam pertemuan itu, Zulkifli juga mengingatkan Bakomubin agar tetap berlandaskan Pancasila. Sebab, Pancasila adalah bagian dari Empat Konsensus Dasar yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa.
Perbedaan yang ada pada bangsa ini, menurut Zulkifli, sudah tidak patut dipersoalkan. "Soal perbedaan agama, suku, itu sudah tidak penting lagi. Kita harus saling menghormati karena konsensus itu sudah kita sepakati," ujar Zulkifli.
Dia menambahkan, tantangan berat bangsa saat ini adalah soal pengangguran dan kesejahteraan umum. Sampai saat ini, dari Rp 9.000 triliun dana yang ada di Indonesia, nyaris setengahnya adalah kekayaan 23 orang Indonesia. Ribuan petani hanya mampu mencukupi kebutuhan mereka hari demi hari.
Kenyataan ini membuktikan bahwa Indonesia belum berhasil mewujudkan cita-cita Indonesia, yakni kedaulatan, kesejahteraan, kecerdasan, dan politik luar negeri yang bebas aktif, sesuai yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. "Saatnya kita mewujudkan cita-cita bangsa ini," kata Zulkifli. (*)
16 DESEMBER 2015 | 14.48
16 DESEMBER 2015 | 14.47
16 DESEMBER 2015 | 14.47