Toko Tani Indonesia ini bertujuan untuk membantu petani menerima harga produksi yang layak
INFO KEMENTAN - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berharap ada gagasan untuk mewadahi kegiatan jual-beli pangan. Sebab, saat musim panen kerap terjadi gejolak harga yang merugikan petani.
“Harga bawang merah per kilo Rp 36 ribu di pasar. Ketika ditanya ke petani di Brebes harga bawang merah Rp 6.000 per kilo. Bukan karena stok langka, akan tetapi adanya rantai yang panjang. Ada delapan titik perdagangan sebelum barang ke pasar yang masing-masing mengambil untung 30 persen. Ya wajar harga melonjak. Petani tidak menikmati harga yang pantas,” kata Amran.
Oleh karena itulah, Kementerian Pertanian sedang mengembangkan model jual-beli yang memberikan banyak manfaat bagi petani yakni Toko Tani Indonesia. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Garjita Budi awal September lalu mengatakan bahwa gejolak harga kerap terjadi saat panen tiba. Persoalan yang kerap ditemui yakni saat panen harga yang diterima petani rendah. Produsen mengalami tekanan sehingga pemerintah harus intervensi kebijakan. Sebaliknya, ketika harga melambung tinggi konsumen yang memiliki pendapatan rendah kesulitan mengakses pangan.
Berbagai strategi penanganan harga kebutuhan pangan belum bisa mengatasi masalah pasokan dan harga pangan. Untuk saat ini Toko Tani Indonesia dibangun di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) serta Bandung dan Semarang. Komoditas yang diprioritaskan adalah kebutuhan pokok yakni beras, minyak goreng, dan gula. Kemudian, akan dikembangkan bahan pokok lain seperti daging sapi, cabai, dan bawang merah.
“Keberadaan Toko Tani ini diharapkan membuat rantai perdagangan pangan lebih singkat. Sehingga petani sebagai produsen pangan dapat memperoleh marjin keuntungan dan konsumen dapat membeli kebutuhan pangan dengan harga terjangkau,” kata Garjita. (*)