Mendorong petani Indonesia mengubah pola pikir lewat peningkatan sistem pendampingan.
INFO KEMENTAN - Pola pikir petani pada hasrat bercocok tanam seringnya menjadi penghambat peningkatan produksi. Untuk itulah Kementerian Pertanian terus mendorong petani Indonesia untuk mengubah pola pikir lewat peningkatan sistem pendampingan guna meningkatkan hasil produksi, baik secara kualitas maupun kuantitas.
“Pendampingan lewat para penyuluh pada petani akan secara tematik dan fokus. Tidak hanya budi daya, penyuluh mengawal proses produksi sampai pemasaran. Intensitas pendampingan juga akan berbeda, bergantung pada kualitas daerah yang dibimbing,” kata Pending Dadih Permana, Kepala Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian pada Hari Pangan Sedunia (HPS) di Stadion Jakabaring, Palembang, Sumatera Utara, Minggu, 18 Oktober 2015.
“Tugas penyuluh, selain mengawal proses produksi dari awal sampai pascapanen, juga diharapkan membina pelaku usaha setempat, petani sebagai produsen, dan lembaga-lembaga lain agar bisa memasarkan produk pertanian,” ujarnya.
Untuk itu Kementerian akan membekali para penyuluh dengan kemampuan teknis dan fungsional terkait dengan komoditas yang dikembangkan. Sebab, komoditas-komoditas yang dikembangkan membutuhkan pengawalan intensif. Pending juga menyatakan, selain aspek teknis, Kementerian pun mempersiapkan alat dan mesin yang dibutuhkan, sehingga alat dan mesin itu tak semata-mata untuk mengolah tanah.
Pada 2016, alokasi dana pembiayaan dan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah fokus digunakan untuk penyuluhan secara tematik dengan tujuh komoditas yang digarap, yakni padi, jagung, kedelai, daging, ternak, bawang merah, bawang putih, dan tebu.
Pemerintah berencana merekrut 10 ribu tenaga penyuluh pertanian swadaya untuk mengawal produktivitas tujuh komoditas utama pertanian pada 2016. Keberadaan mereka akan melengkapi tugas 27 ribu penyuluh pertanian berstatus pegawai negeri sipil dan 20.300 tenaga harian lepas penyuluh pertanian. (*)