12 AGUSTUS 2015 | 13.20
MOS seharusnya diisi dengan kegiatan dan materi yang muaranya ke pendidikan karakter. Mengajarkan nilai-nilai kejujuran,
INFO DPD - Masa orientasi peserta didik baru atau masa orientasi siswa atau MOS rupanya menyisakan pekerjaan rumah bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Meski sudah ada peraturan dan surat edaran yang melarang segala bentuk perploncoan serta kegiatan-kegiatan yang sifatnya mempermainkan dan merendahkan peserta didik baru, masih saja ditemukan banyak pelanggaran yang dilakukan sekolah.
MOS di semua tingkatan, mulai SD, SMP, hingga SMA, adalah momentum yang paling tepat untuk membentuk karakter para siswa di seluruh Indonesia. Sangat banyak materi dan kegiatan, termasuk game, yang bisa diberikan kepada peserta didik baru untuk menambah ilmu dan membentuk karakter siswa baru.
“Menurut kami, tahun depan, semua sekolah di Indonesia punya acuan resmi panduan kegiatan MOS. Mulai pilihan bentuk kegiatan, tema-tema materi yang harus disampaikan, hingga SOP apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan senior,” tutur Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah Fahira Idris.
“Mungkin kesannya terlalu mendikte, tapi sepertinya memang harus dibuat panduan hingga ke perihal yang sifatnya teknis. Beberapa sekolah memang punya kreativitas membuat kegiatan MOS yang mendidik, tapi masih ada sekolah yang kegiatan MOS-nya tak jelas,” ucap Fahira di Jakarta pada 31 Juli 2015.
“Apa gunanya siswa disuruh datang pagi-pagi, disuruh bawa yang aneh-aneh, diperintahkan memakai atribut yang tidak pantas, diberi name tag bertulis panggilan yang merendahkan. MOS itu harus menyenangkan, karena itulah esensi pendidikan,” ujar wakil DKI Jakarta tersebut.
“Sebaiknya kegiatan MOS diisi dengan kegiatan dan materi yang muaranya ke pendidikan karakter. Ajarkan nilai-nilai kejujuran, sportivitas, kompetitif, disiplin, punya inisiatif, dan berpikiran positif. Kenapa tidak diisi dengan sosialisasi bahaya narkoba atau miras? Kenapa tidak diisi dengan materi antikorupsi yang jadi penyakit besar bangsa ini?” saran Fahira.
Lebih lanjut, Fahira menuturkan, dari pantuan langsung di lapangan dan laporan orang tua siswa, masih ditemukan kegiatan MOS yang merendahkan dan mempermainkan peserta didik baru. Walau kekerasan fisik relatif tidak ada, masih ada kekerasan psikologis yang dialami. Banyak orang tua juga mengeluh bahwa MOS memberatkan mereka yang harus ikut pusing mempersiapkan segala macam atribut, logistik (makanan/minuman), dan peralatan yang diperintahkan senior. (*)
01 OKTOBER 2015 | 14.39
19 SEPTEMBER 2015 | 18.06
19 SEPTEMBER 2015 | 18.02